Macam-Macam Syirik. Syirik merupakan kemaksiatan yang paling besar kepada Allah Azza wa Jalla. Dimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Luqman ayat: 13, Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan yang artinya: “Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” Karena itu, barangsiapa yang menyembah dan berdoa kepada selain Allah berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar.
Baca juga Pengertian Syirik dan Contohnya
Adapun disini kami akan paparkan penjelasan mengenai apa saja macam-macam syirik. Syirik ada dua jenis: Syirik Besar dan Syirik Kecil.
1. Syirik Besar (Akbar)
Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdoa kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaithan, dan lainnya. Atau seseorang takut kepada orang mati (mayit) yang (dia menurut perkiraannya) akan membahayakan dirinya, atau mengharapkan sesuatu kepada selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudharat, atau seseorang yang meminta sesuatu kepada selain Allah, di mana tidak ada manusiapun yang mampu memberikannya selain Allah, seperti memenuhi hajat, menghilangkan kesulitan dan selain itu dari berbagai macam bentuk ibadah yang tidak boleh dilakukan melainkan ditujukan kepada Allah saja.[1].
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَدْعُ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ ۖ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًۭا مِّنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ وَإِن يَمْسَسْكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّۢ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍۢ فَلَا رَآدَّ لِفَضْلِهِۦ ۚ يُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
“Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah, sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zhalim. Dan jika Allah menimpakan suatu bencana kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Yunus [10]: 106-107).
Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dalam keadaan musyrik dan belum bertaubat darinya.
Syirik besar ada banyak,[2] sedangkan di sini akan disebutkan empat macam (macam-macam syirik) saja:[3]
Pertama, Syirik doa, yaitu di samping ia berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, ia juga berdoa kepada selain-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
فَإِذَا رَكِبُوا۟ فِى ٱلْفُلْكِ دَعَوُا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ فَلَمَّا نَجَّىٰهُمْ إِلَى ٱلْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, malah mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (QS. Al-Ankabut [29]: 65). Kemudian macam syirik yang kedua dari macam-macam syirik besar (Akbar) adalah,
Kedua, Syirik niat, keinginan dan tujuan, yaitu ia menunjukkan suatu bentuk ibadah untuk selain Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَـٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْـَٔاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَـٰطِلٌۭ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali Neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud [11]: 15-16). Kemudian macam syirik yang ketiga dari macam-macam syirik besar (Akbar) adalah,
Ketiga, Syirik ketaatan, yaitu mentaati selain Allah dalam hal maksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ٱتَّخَذُوٓا۟ أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَـٰنَهُمْ أَرْبَابًۭا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلْمَسِيحَ ٱبْنَ مَرْيَمَ وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوٓا۟ إِلَـٰهًۭا وَٰحِدًۭا ۖ لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَـٰنَهُۥ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi) dan rahib-rahibnya (Nashrani) sebagai tuhan selain Allah, dan (juga) al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Allah Yang Maha Esa; tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah [9]: 31). Dan yang terakhir dari macam-macam syirik besar adalah,
Keempat, Syirik mahabbah (kecintaan), yaitu menyamakan Allah subhanahu wa ta’ala dengan selain-Nya dalam hal kecintaan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًۭا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ ٱللَّهِ ۖ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَشَدُّ حُبًّۭا لِّلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ إِذْ يَرَوْنَ ٱلْعَذَابَ أَنَّ ٱلْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًۭا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعَذَابِ
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zhalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat adzab-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al-Baqarah [2]: 165).
Tentang empat macam syirik besar ini dapat dilihat penjelasannya dalam kitab Fathul Majid Syarh Kitabut Tauhid.
2. Syirik Kecil (Ashghar)
Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi Ia mengurangi kesempurnaan tauhid dan merupakan wasilah (jalan, perantara) kepada syirik besar.
Syirik Ashghar ada dua macam (macam-macam syirik):
Pertama, Syirik zhahir (nyata), yaitu syirik kecil dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan selain Nama Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَن حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ اَشْرَكَ
“Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik.”[4].
Syirik dan kufur yang dimaksud di sini adalah syirik dan kufur kecil. Qutailah binti Shaifi al-Juhaniyah radhiyallahu anha menuturkan bahwa ada seorang Yahudi yang datang kepada Nabi ﷺ dan berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian (para Sahabat Nabi) melakukan perbuatan syirik. Kalian mengucapkan: “Atas kehendak Allah dan kehendakmu, dan mengucapkan: ‘Demi Ka’bah!’” Maka, Nabi ﷺ memerintahkan para Sahabat apabila hendak bersumpah agar mengucapkan:
مَاشَاءَ اللهُ وَشِئتَ وَرَبُّ الْكَعْبَةِ , وَأَنْ يَقُوْلُوا:
“Demi Allah, Pemilik Ka’bah, dan mengucapkan: “Atas kehendak Allah kemudian atas kehendakmu.”[5].
Contoh lain syirik dalam bentuk ucapan yaitu perkataan:
مَا شَاءَ اللهُ وَشِئتَ
“Atas kehendak Allah dan kehendakmu.”
Ucapan tersebut salah, dan yang benar adalah:
مَاشَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئتَ.
“Atas kehendak Allah, kemudian karena kehendakmu.”
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا حَلَفَ أَحَدُكُمْ فَلَا يَقُلْ: مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ، وَلٰكِنْ لِيَقُلْ: مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ.
“Apabila seseorang dari kalian bersumpah maka janganlah ia mengucapakan: ‘Atas kehendakmu.’ Akan tetapi hendaklah ia menngucapakan:
مَاشَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئتَ
‘Atas kehendak Allah kemudian kehendakmu’.”[6]. Kata ثم (kemudian) menunjukkan tertib berurutan, yang berarti menjadikan kehendak hamba mengikuti kehendak Allah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَـٰلَمِينَ
“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb seluruh alam.” (QS. At-Takwir [81]: 29).
Adapun contoh syirik dalam perbuatan, seperti memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal marabahaya. Seperti menggantungkan jimat (tamimah[7]) karena takut dari ‘ain (mata jahat) atau lainnya. Jika seseorang meyakini bahwa kalung, benang atau jimat itu sebagai penyebab untuk menolak marabahaya dan menghilangkannya, maka perbuatan ini adalah syirik ashghar, karena Allah tidak menjadikan sebab-sebab (hilangnya marabahaya) dengan hal-hal tersebut. Adapun jika ia berkeyakinan bahwa dengan memakai gelang kalung atau yang lainnya dapat menolak atau mengusir marabahaya, maka perbuatan ini adalah syirik akbar (syirik besar), karena ia menggantungkan diri kepada selain Allah.[8]. Kemudian macam syirik yang kedua dari macam-macam syirik kecil (Asghar) ialah,
Baca juga Macam-Macam Tauhid Yang Benar
Kedua, Syirik khafi (tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya (ingin dipuji orang) dan sum’ah (ingin didengar orang), dan lainnya. Seperti melakukan suatu amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi ia ingin mendapatkan pujian manusia, misalnya dengan memperbagus shalatnya (karena dilihat orang) atau bershadaqah supaya dipuji dan memperindah suaranya di dalam membaca Al-Qur’an) agar didengar oleh orang lain, sehingga mereka menyanjung atau memujinya. Suatu amal apabila tercampur dengan riya, maka amal tersebut tertolak, karena itu Allah memerintahkan kita untuk berlaku ikhlas. Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌۭ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًۭا صَـٰلِحًۭا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا
“Katakanlah (Muhammad): ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu bahwa sesungguhnya ilah kamu itu adalah Allah Yang Esa.’ Maka barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Rabbnya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (QS. Al-Kahfi [18]: 110).
Maksudnya, katakanlah (Muhammad ﷺ) kepada orang-orang musyrik yang mendustakan kerasulanmu: “Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia seperti juga dirimu.” Maka barang siapa yang menganggap diriku (Muhammad ﷺ) adalah pendusta, hendaklah ia mendatangkan sebagaimana yang telah Nabi ﷺ bawa.
Sesungguhnya Nabi ﷺ tidak mengetahui yang ghaib, yaitu tentang perkara-perkara terdahulu yang pernah disampaikan oleh beliau, seperti tentang Ash-habul Kahfi, tentang Dzul Qarnain, atau perkara-perkara ghaib lainnya, melainkan (sebatas) yang telah diwahyukan Allah Ta’ala kepada Nabi ﷺ.
Kemudian Rasulullah ﷺ mengabarkan bahwasanya ilah (sesembahan) yang mereka seru dan mereka ibadahi, tidak lain adalah Allah Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Lalu Allah mengabarkan bahwa barang siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan-Nya-yaitu mendapat pahala dan kebaikan balasan-Nya-maka hendaklah ia mengerjakan amal shalih yang sesuai dengan syariat-Nya, serta tidak menyekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabb-nya. Amal perbuatan inilah yang dimaksudkan untuk mencari wajah Allah Ta’ala semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya.
Kedua hal tersebut (amal shalih dan tidak menyekutukan Allah) merupakan rukun amal yang maqbul (diterima). Yaitu harus benar-benar tulus karena Allah (menjauhi perbuatan syirik) dan harus sesuai dengan syariat (sunnah) Rasulullah.[9]. Rasulullah ﷺ bersabda:
إنَّ أَخْوَفَ ما أَخافُ عليكُمُ الشِّركُ الأصغرُ، فقالوا: وما الشرك الأصغر, يا رسول الله؟ قال: الرِّياءُ، يَقولُ اللهُ عزَّ وجلَّ يوم القيامة إذا جَزى النّاسَ بأعمالِهِم: اذهَبوا إلى الَّذين كنتُم تُراؤُون في الدُّنيا، فانظُروا هل تَجِدون عندَهُم جَزاءً؟
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka (para Sahabat) bertanya: “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Beliau ﷺ menjawab: “Yaitu riya, Allah berkata kepada mereka pada hari Kiamat tatkala memberikan balasan kepada manusia atas amal-amal mereka: ‘Pergilah kalian kepada orang-orang yang kalian berbuat riya kepada mereka pada waktu di dunia, apakah kalian akan mendapat balasan di sisi mereka?'”[10].
Termasuk juga dalam syirik, yaitu seseorang yang melakukan amal untuk kepentingan duniawi, seperti orang yang menunaikan ibadah haji atau berjihad untuk mendapatkan harta benda.
Sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda:
تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ, وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ, وَعَبْدُ الْخَمِيْصَةِ, إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ.
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamishah[11]. Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah.”[12].
Perbedaan syirik besar dan syirik kecil:
1. Syirik besar mengeluarkan sesorang dari lslam, sedangkan syirik kecil tidak.
2. Syirik besar membuat pelakunya kekal dalam Neraka, sedangkan syirik kecil tidak.
3. Syirik besar menghapus seluruh amal, sedangkan syirik kecil menghapus amal yang bercampur dengan riya .
4. Syirik besar menghalalkan darah dan harta, sedangkan syirik kecil tidak.
_____________________
Keterangan:
[1]. Lihat Aqidatut Tauhid (hlnm. 7/) oleh lDr. Shalin bin Fauzan bin Abdillah al Fauzan.
[2]. Lihat Madárijus Sâlikin (1/376) dan Jubüdusy Syafi’iyah fi Taqriri Taubidil Ibádah (hlm. 437-514) oleh Dr. Abdullah bin Abdil Aziz bin Abdillah al-Unquri, cet. I/ Dàrut Tauhid lin Nasyr, th. 1425 H/2004 M.
[3]. Lihat pembagian ini dalam kitab Majmu’atut Tauhid (I/7-8), tahqiq Basyir Muhammad Uyun, Nurut Tauhid wa Zhulumatusy Syirki (hlm. 73-75) oleh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, dan untuk lebih jelas tentang empat macam syirik ini dapat dilihat dalam Fat-hul Majid Syarab Kitabit Tauhid.
[4]. Shahih: HR. At-Tirmidzi (no. 1535) dan al-Hakim (I/18, IV/297), Ahmad (II/34, 69, 86) dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma. Al-Hakim berkata: “Hadits ini shahih menurut syarat al-Bukhari dan Muslim. Dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Lihat Juga Silsilatul Ahadits ash-Shahihah (no. 2042).
[5]. Shahih: HR. An-Nasai (VI/6) dan Amalul Yaum wal Lailah (no. 992). Hadits ini diriwayatkan Juga oleh Ahmad (VI/371, 372), ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar (I/220, no. 238), al-Hakim (IV/297), dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata dalam al-lshabah (IV/389): “Hadits ini shahih, dari Qutailah radhiyallahu anha, wanita dari Juhainah. Lihat pembahasan ini dalam Fat-hul Majid Syarah Kitábit Tauhid (bab 41 dan 43).
[6]. Hasan shahih: HR. Ibnu Majah (no. 2117). Lihat Silstlatul Ahadits ash-Shahibah (no. 1093).
[7]. Tamimah adalah sejenis jimat yang biasanya dikalungkan di leher anak-anak.
[8]. Aqidatut Tauhid (hlm. 78) oleh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan.
[9]. Diringkas dari Tafsir lbni Katsir (V/205), cet. Dâr Thaybah.
[10]. Shahih: HR. Ahmad (V/428-429) dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (XIV/324 no. 4135) dari Sahabat Mahmud bin Labid radhiyallahu anhu. Berkata lmam al-Haitsami di dalam Majma’uz Zawa-id (I/102): “Rawi-rawinya shahih. Dan diriwayatkan juga oleh ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir (no. 4501), dari Sahabat Rafi’ bin Khadij radhiyallahu anhu. Imam al-Haitsami dalam Majma’uz Zawa-id (X/222) berkata: “Rawi-rawinya shahih.” Dan hadits ini dihasankan oleh al-hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Bulughul Marám. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahádits ash-Shahihah (no. 951) dan Shahih at-Targhib wat Tarhib (no. 32).
[11]. Khamishah adalah pakaian yang terbuat dari wool atau sutera dengan diberi sulaman atau garis-garis yang menarik dan indah. Maksudnya -wallahu a’lam- celaka bagi orang yang sangat ambisius dengan kekayaan duniawi, sehingga menjadi hamba harta benda. Mereka itu adalah orang-orang yang celaka dan sengsara.
[12]. Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 2886, 2887, 6435) dan Ibnu Majah (no. 4136). Lihat Aqidatut Tauhid (hlm. 78-79), oleh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan.
(Sedikit Muqaddimah dari kami dan ada beberapa tambahan kalimat).
[Disalin dari buku Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Syafi’i, Cetakan Keempat belas Dzulqo’dah 1436 H – September 2015 M].
Wallahu A’lam
Baca juga:
Posting Komentar untuk "Macam-Macam Syirik Yang Benar Beserta Dalilnya Lengkap"