Syirik Sumber Kehancuran Dunia Akhirat


Syirik Sumber Kehancuran Dunia Akhirat

Syirik Sumber kehancuran Dunia Akhirat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

قَالَ نُوحٌۭ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِى وَٱتَّبَعُوا۟ مَن لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُۥ وَوَلَدُهُۥٓ إِلَّا خَسَارًۭا (21) وَمَكَرُوا۟ مَكْرًۭا كُبَّارًۭا (22) وَقَالُوا۟ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّۭا وَلَا سُوَاعًۭا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًۭا (23) وَقَدْ أَضَلُّوا۟ كَثِيرًۭا ۖ وَلَا تَزِدِ ٱلظَّـٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَـٰلًۭا (24) مِّمَّا خَطِيٓـَٔـٰتِهِمْ أُغْرِقُوا۟ فَأُدْخِلُوا۟ نَارًۭا فَلَمْ يَجِدُوا۟ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ أَنصَارًۭا (25)

Nuh berkata, “Ya Rabbku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka. Dan melakuk`an tipu daya yang amat besar.” Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa,’ Yaguts., Ya’qub dan Nasr.” Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. (QS. Nuh: 21-25)

Nabi Nuh alaihissalam awal utusan yang diutus oleh Allah azza wa jalla untuk berdakwah tauhid di kalangan masyarakat penyembah berhala orang shalih. Sebenarnya asal kesyirikan mereka itu sepele, hanya menggambar orang yang shalih yang meninggal dunia untuk dikenang jasanya, tetapi lama-lama disembah dan dijadikan wasilah untuk menyampaikan hajatnya kepada Allah azza wa jalla. Nabi Nuh alaihissalam mendakwahi mereka cukup lama, 950 tahun. Nabi Nuh menyeru mereka agar beribadah kepada Allah azza wa jalla saja dan meninggalkan kesyirikan, namun dakwah beliau ditolak, bahkan mereka mengadakan makar besar-besaran. Namun, apa kesudahan orang yang menolak dakwah tauhid? Mereka disiksa oleh Allah dengan banjir yang membinasakan. Mari, kita simak keterangannya.

PENGERTIAN SYIRIK

Syirik menurut bahasa artinya berserikat satu dengan yang lain. Sedangkan menurut syar’i, Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullahu ta’ala menjelaskan, “Syirik yaitu menyamakan makhluk dengan Allah azza wa jalla dalam hal Rububiyyah dan Uluhiyyah Allah azza wa jalla serta Asma’ dan Sifat-Nya. Umumnya mereka menyekutukan dalam Uluhiyyah-Nya. Yaitu hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allah azza wa jalla, seperti berdoa kepada selain Allah azza wa jalla di samping berdoa kepada-Nya, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban), bernadzar, berdoa dan sebagainya kepada selain-Nya.” (Kitab at-Tauhid 1/7, Syaikh Shalih al-Fauzan).

Baca juga: Pengertian Syirik dan Contohnya

NABI NUH BERDAKWAH TAUHID DAN MEMBERANTAS KESYIRIKAN

Awal dakwah semua utusan Allah adalah tauhid dan memberantas perbuatan syirik. Inilah yang harus kita jadikan teladan untuk semua da’i. Nabi Nuh alaihissalam mendakwahi kaum yang menyembah orang mati, sebagaimana keterangan ayat di atas, agar hanya beribadah kepada Allah azza wa jalla, tetapi mereka menolak dan melawan, maka beliau alaihissalam mengadukannya kepada Allah azza wa jalla. Allah azza wa jalla berfirman:

قَالَ نُوحٌۭ رَّبِّ إِنَّهُمْ عَصَوْنِى وَٱتَّبَعُوا۟ مَن لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهُۥ وَوَلَدُهُۥٓ إِلَّا خَسَارًۭا

Nuh berkata, “Ya Rabbku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka.” (QS. Nuh: 21)

Imam al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan ayat ini, “Nabi Nuh alaihissalam mengadu kepada Allah azza wa jalla, bahwa kaumnya durhaka padanya, tidak mau mengikuti seruannya yang berupa tauhid kepada Allah, tetapi mereka mengikuti pembesar (para tokoh) mereka dan orang kaya yang tidak menambah kekufuran, harta dan anak buah mereka melainkan kesesatan di dunia dan kehancuran di akhirat. (Tafsir al-Qurthubi 18/306)

Sudah menjadi sunnatullah, bahwa setiap penyeru tauhid mesti dimusuhi, terutama oleh tokoh pembela kesyirikan dari kalangan orang kaya dan yang punya kedudukan. Ini harus dimaklumi oleh semua da’i pembela tauhid dan sunnah agar kita tetap istiqomah dan bersabar. Allah azza wa jalla berfirman:

وَمَآ أَرْسَلْنَا فِى قَرْيَةٍۢ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَآ إِنَّا بِمَآ أُرْسِلْتُم بِهِۦ كَـٰفِرُونَ

Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannnya.” (QS. Saba’: 34)

Baca juga: Pengertian Tauhid dan Pembagiannya

KAUM NUH MEMBUAT MAKAR YANG BESAR

Kelanjutan ayat, Allah azza wa jalla berfirman:

وَمَكَرُوا۟ مَكْرًۭا كُبَّارًۭا

Dan mereka melakukan tipu daya yang amat besar. (QS. Nuh: 22)

Inilah tantangan yang dihadapi oleh kaum Nabi Nuh alaihissalam setelah mengajak mereka agar bertauhid. Kaumnya membuat makar dengan makar yang besar, menggelar semua kekuatan mereka untuk membendung dakwah tauhid.

Lantas, apakah makar mereka? Syaikh Shalih al-Fauzan berakata, “Makar adalah menimpakan keburukan atas orang lain dengan cara tersembunyi. Makar ada dua macam; makar yang baik dan makar yang jahat.

Makar keji adalah tipu daya terselubung untuk menimpakan keburukan kepada orang yang tidak bersalah. Allah azza wa jalla berfirman tentang kaum Nuh (QS. Nuh: 23-24, sebagaimana ayat di atas).

Al-Khubbar artinya, besar. Kaum Nuh alaihissalam telah melancarkan makar yang sangat besar. Ini merupakan cara keji yang mereka lakukan untuk menyeru manusia kepada kesyirikan. Apabila mereka melihat penyeru tauhid, maka mereka memperingatkan manusia untuk menjauhinya. Mereka berkata, “Orang-orang ini (para penyeru tauhid) ingin menguasai kalian dan ingin meraih kedudukan yang lebih tinggi dari kalian!”

Menggambarkan kebaikan sebagai kejahatan dan menggambarkan kejelekan sebagai kebaikan merupakan makar besar yang selalu dilakukan oleh para penyeru kesesatan, baik dahulu maupun sekarang. Tujuannya, untuk memalingkan manusia dari kebenaran dan menjerumuskan ke dalam kebatilan. Mengeluarkan mereka dari cahaya hidayah kepada kegelapan.” (Syarh Masa’il Jahiliyyah hal. 217, Syaikh Shalih al-Fauzan)

Mereka menghina Nabi Nuh alaihissalam dengan tuduhan yang tidak masuk akal, agar orang awam menjauhi Nabi Nuh alahissalam. Allah azza wa jalla berfirman:

فَقَالَ ٱلْمَلَأُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن قَوْمِهِۦ مَا نَرَىٰكَ إِلَّا بَشَرًۭا مِّثْلَنَا وَمَا نَرَىٰكَ ٱتَّبَعَكَ إِلَّا ٱلَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِىَ ٱلرَّأْىِ وَمَا نَرَىٰ لَكُمْ عَلَيْنَا مِن فَضْلٍۭ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَـٰذِبِينَ

Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnnya (Nabi Nuh): “Kami tidak melihat kamu (hai Nuh), melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikti kamu melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta.” (QS. Hud: 27)

MEREKA HIDUPKAN BERHALA DI BEBERAPA TEMPAT

Diantara usaha orang musyrik untuk membendung dakwah tauhid, ialah dengan cara tokoh mereka menghidupkan berhala-berhala yang mereka dan mengajak umat agar tetap memuja mereka. Kelanjutan ayat:

وَقَالُوا۟ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّۭا وَلَا سُوَاعًۭا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًۭا

Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr.” (QS. Nuh: 23)

Bagaimana sejarahnya mereka menyembah nama berhala tersebut? Dan bagaimana caranya setan menjerumuskan  mereka agar menyembah orang mati? Hadits berikut ini menjadi jawabannya:

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, bahwa berhala-berhala yang ada pada kaum Nuh itu menjadi sembahan orang-orang Arab di kemudian hari. Wadd sembahan Bani Kalb yang terletak di Dumatul Jandal, Suwa’ sembahan Hudzail, Yaguts sembahan Murad, kemudian bani Ghatif di al-Jurf di negeri Saba’, sedangkan Ya’uq adalah berhala sembahan Hamdan, dan Nasr sembahan Himyar serta keluarga Dzul Kala’. Pada mulanya nama-nama tersebut merupakan nama orang-orang shalih dari kalangan kaum Nabi Nuh alaihissalam. Ketika mereka meninggal, setan membisikkan kepada kaum mereka, “Buatkanlah tugu-tugu pada bekas tempat duduk mereka berupa patung-patung, lalu namailah dengan nama-nama mereka.” Mereka pun melakukannya, dan mulanya tidak disembah. Tetapi lama-kelamaan  setelah ilmu diangkat dari mereka, mulailah patung-patung itu disembah dan dipuja.” (HR. al-Bukhari 4/1871)

Dikhususkan nama-nama berhala tersebut setelah disebut secara umum, karena berhala-berhala itu ialah yang terbesar dan paling banyak dipuja. (Tafsir Fathul- Qadir 7/317, asy-Syaukani [Syamilah])

Warisan kaum Nuh alaihissalam yang musyrik ini lalu diwarisi oleh bangsa Arab. Mereka keramatkan kuburan Latta, ‘Uzza dan Manat seperti yang termaktub dalam surat an-Najm ayat 19-20. Kebiasaan ini pun berlanjut sampai sekarang. Wallahul musta’an…

FITNAH PEMUJA ORANG SHALIH, GAMBAR DAN MENINGGIKAN KUBURAN

Kebiasaan buruk orang jahiliah, tatkala panutan mereka yang shalih meninggal dunia, mereka pajang gambarnya, lama-lama disembah, dimintai pertolongan dan perlindungan. Perhatikan tafsir ayat diatas yang dijelaskan oleh Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah.

Ibnu Jarir mengatakan, “Telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, dari Musa, dari Muhammad bin Qais sehubungan dengan makna firman-Nya: Yaguts, Ya’uq dan Nasr. (QS. Nuh: 23) Bahwa mereka adalah orang-orang shalih yang hidup di masa antara Adam dan Nuh alaihissalam. Mereka mempunyai banyak pengikut yang meniti jejak mereka. Ketika mereka telah meninggal, para muridnya yang setia mengikuti jejaknya berkata, ‘Sebaiknya kita buatkan gambar dan patung-patung mereka sebagai pengingat buat kita yang akan mendorong kita untuk tetap giat beribadah.’ Lalu mereka membuat patung-patungnya. Ketika generasi itu wafat, datanglah generasi berikutnya. Iblis membisiki mereka, ‘Sesungguhnya generasi terdahulu hanyalah menyembah berhala-berhala ini, dan karena berhala inilah mereka dahulu diberi hujan. Kalian pun sebaiknya menyembahnya.’ (Tafsir ath-Thabari 23/633 [Syamilah])

Begitu gigihnya Iblis menyesatkan orang musyrik agar membuat gambar dan patung tokohnya yang telah wafat agar dijadikan rujukan dalam semua perkara sehingga tidak perlu lagi wahyu Allah azza wa jalla.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَدِمَ رَسُولُ الله مِنْ سَفَرٍ وَقَدْ سَتَّرْتُ بِقِرَامٍ عَلَى سَهْوَةٍ لِي فِيْهِ تَصَاوِيْرُ فَنَزَعَهُ وَقَالَ أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِيْنَ يُضَاهُونَ بِخَلْقِ اللهِ

Dari Aisyah, ia berkata, “Suatu ketika Rasulullah datang dari suatu perjalanan, di mana aku telah memasang sehehlai kain tipis yang bergambar -pada lubang angin dinding kamarku-, kemudian Rasulullah melepas seraya bersabda, ‘Manusia yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang-orang yang merupakan lukisan (gambar) dengan makhluk Allah.” (HR. an-Nasai 8/214, dishahihkan oleh al-Albani)

Imam an-Nawai rahimahullah menjelaskan makna hadits, “Manusia yang paling keras siksanya,” jika mereka menggambar untuk disembah atau dipuja, maka dia kafir, diadzab dengan siksa yang pedih. Jika maksudnya meniru ciptaan Allah azza wa jalla dan dia menyakininya demikian, maka dia juga kafir dan mendapatkan siksaan yang pedih, bahkan bertambah siksanya karena bertambah niat yang keji. Sedang bila maksudnya menggambar bukan untuk disembah dan tidak ingin menyamai ciptaan Allah maka dia fasik, termasuk dosa besar.” (Syarh Shahih Muslim 7/218 [Syamilah])

Bahaya patung dan gambar ini bukan hanya menyesatkan manusia, bahkan Malaikat rahmat pun tidak mau masuk rumah yang ada gambarnya. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:

“Jibril alaihissalam meminta izin menemui Nabi , maka beliau bersabda, ‘Masuklah.’ Jibril menjawab, ‘Bagaimana aku akan masuk, sedangkan di dalam rumahmu terdapat sehelai kain penutup yang bergambar; baiknya kepalanya kamu potong atau dijadikan tikar yang terinjak. Maka kami -Malaikat- tak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar.” (HR. at-Tirmidzi 8/216, dishahihkan oleh al-Albani)

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu mengatakan, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

الَّذينَ يَصنَعونَ هذِه الصُّوَرَ يُعَذَّبونَ يَومَ القِيامةِ، ويُقالُ لهم: أَحْيُوا ما خَلَقْتُم.

“Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar-gambar ini -yakni apa saja yang mempunyai nyawa-, akan disiksa pada hari kiamat. Kepada mereka dikatakan, ‘Hidupkanlah apa yang engkau ciptakan itu.’” (HR. al-Bukhari 5/2220)

Untuk menghindari perbuatan syirik, Rasulullah ﷺ melarang meninggikan kuburan, agar mereka tidak bertawassul atau memohon kepada orang mati, seperti perbuatan kaum Nabi Nuh, orang Arab jahiliah dan berlanjut sampai sekarang. Rasulullah ﷺ bersabda:

لعنَ اللَّهُ اليَهودَ اتَّخذوا قُبورَ أنبيائِهِم مساجدَ

“Allah melaknat kaum Yahudi, mereka menggunakan kuburan para Nabi mereka sebagai masjid.” (HR. al-Bukhari 1/165)

MANUSIA TERSESAT KARENA MENYEMBAH BERHALA

Berapa banyak generasi zaman dulu dan sekarang tersesat karena menyembah berhala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَقَدْ أَضَلُّوا۟ كَثِيرًۭا

Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia). (QS. Nuh: 24)

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah, “Yakni berhala-berhala yang dijadikan sesembahan oleh mereka itu telah menyesatkan banyak manusia, dan penyembahan terhadap berhala-berhala itu masih tetap berlangsung sampai zamam kita, baik di kalangan bangsa Arab, non-Arab, maupun bangsa anak Adam lainnya. Nabi Ibrahim alaihissalam dalam doanya mengatakan:

وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ (35) رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلنَّاسِ ۖ

‘Ya Rabbku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. Ya Rabbku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia.’ (QS. Ibrahim: 35-36).” (Tafsir Ibnu Katsir 8/226 [Syamilah])

DOA NABI NUH ALAIHISSALAM ATAS PEMBANGKANG TERKABUL

Solusi terakhir bagi penyeru dakwah tauhid jika ditolak dan dianiaya, ialah berdoa kepada Allah azza wa jalla. Insya Allah doanya dikabulkan. Ayat berikutnya, Allah azza wa jalla berfirman:

وَلَا تَزِدِ ٱلظَّـٰلِمِينَ إِلَّا ضَلَـٰلًۭا

Dan janglah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan. (QS. Nuh: 24)

Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah doa Nuh alaihissalam terhadap kaumnya karena ia melihat pembangkangan mereka, kekafiran dan keingkaran mereka yang sangat parah. Sebagaimana doa Musa alaihissalam terhadap Fir’aun dan pemimpin-pemimpin kaumnya, yang disitir oleh Firman Allah azza wa jalla:

رَبَّنَا ٱطْمِسْ عَلَىٰٓ أَمْوَٰلِهِمْ وَٱشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا۟ حَتَّىٰ يَرَوُا۟ ٱلْعَذَابَ ٱلْأَلِيمَ

Ya Rabb kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka; maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih. (QS. Yunus: 88)

Allah azza wa jalla telah memperkenankan doa masing-masing Nabi terhadap kaumnya. Allah azza wa jalla tenggelamkan kaum Nuh disebabkan kedustaan mereka terhadap yang disampaikan oleh Nabi Nuh alaihissalam kepada mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir 8/226[Syamilah])

Imam al-Baghawi rahimahullah berkata, “Inilah doa untuk kehancuran kaum Nabi Nuh setelah Allah azza wa jalla memberitahu Nabi Nuh alaihissalam bahwa mereka tidak mau beriman, sebagaimana Allah berfirman:

وَأُوحِىَ إِلَىٰ نُوحٍ أَنَّهُۥ لَن يُؤْمِنَ مِن قَوْمِكَ إِلَّا مَن قَدْ ءَامَنَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ

Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Hud: 36)” (Tafsir al-Baghawi 8/233[Syamilah])

Allah azza wa jalla juga menjelaskan doa dan kondisi Nabi Nuh alaihissalam saat itu sebagaimana tertera dalam QS. Al-Qamar ayat 9-14.

ADZAB YANG MENIMPA BAGI PELAKU SYIRIK

Tidaklah Allah azza wa jalla menghukum hamba yang berbuat syirik melainkan setelah datang utusan Allah yang mengingatkan mereka, lalu mereka tetap keras kepala. Setelah Nabi Nuh alaihissalam mendakwahi, mereka enggan berhenti dari perbuatan syiriknya. Allah azza wa jalla turunkan azab-Nya di dunia dan akhirat. Kelanjutan ayat:

مِّمَّا خَطِيٓـَٔـٰتِهِمْ أُغْرِقُوا۟ فَأُدْخِلُوا۟ نَارًۭا فَلَمْ يَجِدُوا۟ لَهُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ أَنصَارًۭا

Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. (QS. Nuh: 25)

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menjelaskan ayat ini, “Mereka (penyembah orang mati) jasad mereka ditenggelamkan di laut sedangkan roh mereka dibakar di neraka. Inilah balasan dosa kesyirikan mereka. Ketika datang Nabi Nuh alaihissalam mengingatkan bahaya kesyirikan dan musibah yang akan menimpa, mereka berpaling dari peringatan ini, sehingga Allah menghukum mereka. Tidak ada satu pun yang bisa menolak ketentuan Allah ini.” (Tafsir al-Karimir Rahman 1/889)

Allah azza wa jalla berfirman:

وَقَوْمَ نُوحٍۢ لَّمَّا كَذَّبُوا۟ ٱلرُّسُلَ أَغْرَقْنَـٰهُمْ وَجَعَلْنَـٰهُمْ لِلنَّاسِ ءَايَةًۭ ۖ وَأَعْتَدْنَا لِلظَّـٰلِمِينَ عَذَابًا أَلِيمًۭا

Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim adzab yang pedih. (QS. Al-Furqan: 37)

Baca juga: Ancaman Bagi Pelaku Syirik

Ibnu Katsir menerangkan ayat ini, “Allah azza wa jalla telah mengutus Nabi Nuh alaihissalam selama 950 tahun, menyeru kaumnya agar beribadah kepada Allah, mengingatkan akan adzab Allah azza wa jalla, tetapi tidaklah beriman kecuali hanya sedikit. Oleh karena itu, Allah azza wa jalla menenggelamkan mereka semua, sehingga tak ada yang tersisa di permukaan bumi dari kalangan anak Adam melainkan orang yang beriman bersama Nabi Nuh alaihissalam yang berada di bahtera saja.” (Tafsir Ibnu Katsir 6/110)

BAHAYA PERBUATAN SYIRIK

Syirik adalah paling besarnya dosa bila dibanding dengan dosa lainnya, karena perbuatan syirik menyamakan Allah azza wa jalla dengan makhluk, baik didalam ibadah, perbuatan-Nya atau nama dan sifat-Nya.

Allah azza wa jalla bukan hanya menghukum orang musyrik dan kafir di permukaan dunia dengan berbagai bencana yang sudah kita tahu (lewat sejarah atau yang kita saksikan), tetapi juga dengan bahaya lain, di antaranya:

  • Allah azza wa jalla tidak mengampuni dosa syirik apabila pelakunya tidak bertaubat nasuha. (QS. an-Nisa’: 116)
  • Pelaku dosa syirik jika tidak bertaubat sebelum meninggal, amal shalihnya tidak akan diterima. (QS. az-Zumar: 65)
  • Pelaku syirik jika sebelum meninggal dunia tidak bertaubat maka masuk neraka selamanya. (QS. al-Maidah: 72)

Baca juga: Syirik dan Bahayanya

Semoga kita mendapatkan perlindungan Allah azza wa jalla dari perkataan dan perbuatan syirik dan semoga diampuni dosa kita semua. Aamiin.

_____________________

Keterangan:

Disusun oleh: Al-Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc. hafidzahullahu ta’ala

[Disalin dari Majalah Al-Furqon 144, Edisi 194, Th. Ke-18, Robiul Awwal 1435 H, hlm 3-8, Penerbit Lajnah Dakwah Ma’had al-Furqon al-Islami].

Wallahu A’lam

Baca juga:

Posting Komentar untuk "Syirik Sumber Kehancuran Dunia Akhirat"