Masalah Ucapan Selamat Lebaran: Tinjauan Syariat dan Tradisi
Al-Hafidh Ibnu Hajar
rahimahullah mengatakan: “Kami meriwayatkan dari guru-guru kami dalam
“Al-Mahamiliyyat” dengan sanad hasan dari Jubair bin Nufair radhiyallahu anhu,
beliau berkata:
كان أصحابُ رسولِ اللهِ ﷺ إذا التقوْا يومَ العيدِ يقولُ بعضُهم
لبعضٍ: تقبل اللهُ منّا ومنكَ
Para sahabat
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila mereka saling jumpa pada hari
raya, sebagian mereka mengucapkan pada lainnya: “Semoga Allah menerima amalanku
dan amalanmu”.[1]
Ibnu Qudamah
rahimahullah juga menyebutkan dalam Al-Mughni 2/259 bahwasanya Muhammad
bin Ziyad mengatakan:
كنتُ مع أبي أمامةَ الباهليِّ وغيرِه من أصحابِ النَّبيِّ ﷺ،
فكانوا إذا رجعوا من العيدِ يقولُ بعضُهم لبعضٍ: تقبَّل اللهُ منّا ومنك
“Saya pernah bersama
Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu anhu dan para sahabat Nabi lainnya, maka
apabila mereka kembali dari iedh, sebagian mereka berucap pada lainnya: “Semoga
Allah menerima amalanku dan amalanmu”.
Imam Ahmad
rahimahullah berkata: “Sanad hadits Abu Umamah jayyid (bagus)”.
Imam Suyuthi rahimahullah juga berkata dalam Al-Hawi (1/81): “Sanadnya hasan”. [2]
Salah satu pertanyaan
yang sering muncul adalah tentang bagaimana mengucapkan selamat lebaran kepada
sesama. Di tanah air kita, kebanyakan orang mengucapkan Minal aidin wal
faizin, mohon maaf lahir dan batin. Lalu, bagaimana hukum mengucapkan
ungkapan tersebut?
Dua Sisi dalam
Merayakan Hari Raya
Dalam perayaan hari
raya, ada dua sisi yang perlu diperhatikan:
- Sisi Ibadah (Ta‘abbudi)
Ini adalah aspek yang diatur oleh syariat dan harus kita ikuti sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ. Misalnya: - Waktu pelaksanaan takbiran
- Tata cara shalat Id (shalat Id dilakukan tanpa azan
dan iqamah)
- Jumlah takbir dalam setiap rakaat
- Sisi Tradisi (Adat atau Urf)
Di luar sisi ibadah, ada aspek tradisi yang lebih fleksibel. Contohnya, bermain di hari raya, berkumpul bersama keluarga, atau mengungkapkan kegembiraan dengan cara tertentu, selama tidak melanggar syariat.
Ucapan Selamat Lebaran
dalam Islam
Diriwayatkan dari
sebagian Salaf bahwa ketika mereka bertemu pada hari raya, mereka mengucapkan:
🔹 Taqabbalallahu
minna wa minkum (Semoga Allah menerima ibadah kami dan ibadah kalian).
Ungkapan ini sangat
indah karena doa yang paling diharapkan setelah Ramadan adalah diterimanya amal
ibadah kita.
Namun, selain ungkapan
ini, seseorang juga boleh mengucapkan Minal aidin wal faizin. Secara
bahasa:
- Minal aidin berarti "termasuk orang-orang yang merayakan
hari raya" (al-‘aidin).
- Wal faizin berarti "termasuk orang-orang yang menang", yakni mereka
yang ibadahnya diterima oleh Allah dan diselamatkan dari neraka.
Dengan demikian, makna
Minal aidin wal faizin sebenarnya sejalan dengan Taqabbalallahu minna
wa minkum, hanya berbeda dalam ungkapan.
Pendapat Ulama tentang
Ucapan Selamat Lebaran
Syaikh Muhammad bin
Shalih Al-Utsaimin rahimahullah pernah ditanya tentang hukum mengucapkan
selamat lebaran. Beliau menjawab bahwa mengucapkan selamat lebaran hukumnya boleh
(jaiz).
Kaedah dalam Islam
menyatakan bahwa segala sesuatu yang menjadi tradisi masyarakat hukumnya
boleh selama tidak mengandung unsur dosa.[3]
Oleh karena itu, ucapan selamat lebaran, baik dengan Minal aidin wal faizin
maupun dengan ungkapan lain yang baik, adalah diperbolehkan.
Sebagian sahabat Nabi
radhiyallahu 'anhum juga pernah saling mengucapkan selamat pada hari raya,
sebagaimana diriwayatkan dalam beberapa atsar.
Hukum Berjabat Tangan
dan Berpelukan Setelah Shalat Id
Syaikh Al-Utsaimin
juga pernah ditanya tentang kebiasaan berjabat tangan dan berpelukan setelah
shalat Id. Beliau menjelaskan bahwa ini termasuk tradisi (‘urf) yang
hukumnya boleh, selama tidak dianggap sebagai ibadah yang mendekatkan diri
kepada Allah. Jika dilakukan sebagai bentuk penghormatan atau kebiasaan sosial,
maka tidak mengapa.[4]
Mohon Maaf Lahir dan
Batin
Di Indonesia, ungkapan
Mohon maaf lahir dan batin sering ditambahkan setelah Minal aidin wal
faizin. Ini adalah kebiasaan masyarakat Indonesia yang tidak ada di budaya
Arab.
Namun, secara prinsip,
meminta maaf adalah hal yang baik dan dianjurkan dalam Islam, terutama jika
kita memiliki kesalahan terhadap seseorang. Tetapi, tidak perlu menunggu hari
raya untuk meminta maaf. Jika seseorang telah berbuat salah, sebaiknya segera
meminta maaf, karena kita tidak tahu apakah kita masih memiliki kesempatan di
masa depan.
Meskipun demikian,
jika Mohon maaf lahir dan batin telah menjadi tradisi dan tidak
mengandung unsur dosa, maka tidak ada masalah untuk mengucapkannya pada hari
raya.
Kesimpulan
- Ucapan selamat lebaran boleh, baik dengan Taqabbalallahu minna wa minkum
maupun Minal aidin wal faizin.
- Berjabat tangan dan berpelukan setelah shalat Id
juga diperbolehkan, selama tidak dianggap sebagai ibadah.
- Meminta maaf adalah perbuatan baik, namun sebaiknya dilakukan segera ketika ada
kesalahan, tidak harus menunggu hari raya.
- Mohon maaf lahir dan batin adalah tradisi yang tidak
dilarang dalam Islam, selama tidak ada keyakinan khusus yang menyimpang.
Taqabbalallahu minna
wa minkum. Minal aidin wal
faizin. Mohon maaf lahir dan batin. Semoga Allah menerima seluruh amal
ibadah kita. Wabillahi taufiq wal hidayah.
[1] Fathul Bari 2/446
[2] Lihat pula Tamamul Minnah hal. 354-356
oleh Syaikh al-Albani.
[3] Sumber Islamqa.info
[4] Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin 16/208-210.
Posting Komentar untuk "Ucapan Selamat dan Meminta Maaf di Hari Raya"